Amplifier Linear, Kelas C dan Pengganda Frekuensi
Terdapat 2 tipe pada power amplifier yang
digunakan pada transmitter yaitu linear dan kelas c. linear amplifier
menghasilkan sinyal output yang identik dan mengalami perbesaran. Kedua tipe
amplifier ini memiliki output yang berbanding lurus dengan inputannya tetapi
dengan power yang lebih besar. Linear amplifier bekerja pada kelas a, b dan ab.
Penggunaan kelas yang berbeda menunjukkan bagaimana sinyal tersebut akan
dibiaskan. Kelas A amplifier dibiaskan terus menerus, kelas B amplifier
dibiaskan pada daerah cutoff sehingga tidak ada tegangan collector yang
mengalir jika inputannya nol dan Kelas AB amplifier dibiaskan disekitar daerah
cutoff dengan sedikit arus collector mengalir. Amplifier kelas A merupakan
amplifier linear tetapi berfungsi kurang efisien. Amplifier ini menghasilkan
power output yang lemah.
Kelas B dan C amplifier lebih efisien karena
arus mengalir hanya untuk sebagian sinyal inputan. Kedua amplifier ini
menghasilkan power output yang kuat, dan kelas
C menjadi amplifier yang paling efisien. Karena Amplifier kelas B dan C
mendistorsi sinyal input, diperlukan teknik khusus untuk mengurangi atau
meminimalisir distorsi tersebut seperti mengggunakan teknik push-pull untuk
kelas B dan menggunakan rangkaian LC untuk kelas C. Pada amplifier kelas A,
hanya mampu menghasilkan tingkat efisiensi sampai dengan 50 persen, ini berarti
hanya 50 persen dari tegangan DC yang dirubah menuju RF dan sisanya hilang di
transistor. Hampir semua transistor RF power memiliki power limit yang berkisar
ratusan watt, untuk menghasilkan power lebih, biasanya dihubungkan 2 atau lebih
rangkaian dalam konfigurasi parallel.
Gambar 6-8. Sebuah amplifier kelas B
menggunakan teknik push pull.
Sinyal RF diberikan pada Q1 dan Q2 melewati
trafo input T1 dan menghasilkan impedansi yang sama antara Q1 dan Q2 dan sinyal basis terhadap Q1
Q2 berbanding 180 derajat. Untuk kelas B amplifier, Q1 dan Q2 harus di biaskan
tepat pada titik cutoff. Transistor emitter base tidak akan bekerja sampai
dengan 0.6 hingga 0.8 volt tegangan karena daerah aktif transistor ada di
rentang tersebut. Hal ini menyebabkan transistor dibiaskan diatas daerah
cutoff, bukan pada daerah cutoff.
Sirkuit kunci pada sebagian besar transmitter
AM dan FM adalah amplifier kelas C, amplifier ini digunakan untuk penguatan
pada driver, pengganda frekuensi dan penguat akhir. Penguat kelas C ini
dibiaskan sehingga menghasilkan sinyal yang kurang dari 180 derajat terhadap
inputannya, biasanya berkisar antar 90 sampai 150 derajat. Hal ini berarti
bahwa arus mengalir melalui pulsa-pulsa pendek. Seperti pada gambar 6-10 :
Cara pembiasan yang lain seperti pada gambar
6-11. Rangkaian ini dikenal sebagai metode self-bias. Saat arus mengalir pada
transistor, tegangan dihasilkan pada R1, kapasitor C1 diberikan beban dan menahan
tegangan konstan. Hal ini menyebabkan emitter akan lebih positif daripada
basenya dimana nilainya sama dengan tegangan negative pada base.
Pulsa-pulsa pendek pada amplifier kelas C
terdiri dari harmonic kedua, ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Pada
transmitter tegangan tinggi, sinyal akan diradiasikan pada frekuensi-frekuensi
harmonic tersebut. Tetapi radiasi dari harmonic tersebut bisa menyebabkan
interferensi diluar dari lebar pita. Perlu diingat bahwa bandwidth dan Q pada
sebuah rangkaian memiliki persamaan BW=fr/Q dan Q = Fr/BW. Jika Q pada
rangkaian terlalu tinggi, bisa menyebabkan bandwidth terlalu sempit dan
beberapa frekuensi samping yang lebih tinggi akan hilang.
Efisiensi pada kebanyakan amplifier kelas C
berkisar antara 60 sampai 85 persen. Tegangan input adalah rata-rata power yang
dipakai oleh sirkuit tersebut. Secara sederhana hal ini dapat dikaitkan dengan
persamaan P = V.I dimana Pout pada rangkaian ini dapat dihitung dengan Pout= V^2/RL
dimana V adalah tegangan RF output pada collector dan RL adalah tahanan beban.
Amplifier Pada Receiver
Pada receiver yang menggunakan
frekuensi di atas 100 MHz, biasanya memakai amplifier RF. Tujuannya untuk
menguatkan amplitude sinyal lemah yang nanti akan masuk ke mixer. Amplifier RF
pada receiver biasanya adalah kelas A dan menggunakan transistor FET atau
transistor bipolar pada rangkaiannya.
Bagian penting lainnya dari receiver
superheterodyne adalah amplifier IF. Amplifier IF adalah suatu amplifier dimana
mayoritas gain dihasilkan. Pemilihan sebuah amplifier IF sangat berpengaruh
terhadap desain dari receiver. IF merupakan perpaduan antara selektivitas dan
stabilitas yang bagus, yang didapatkan pada frekuensi rendah, dan image rejection yang bagus, yang
didapatkan pada frekuensi tinggi.
Seperti amplifier RF, amplifier IF merupakan
amplifier kelas A tertala yang dapat menghasilkan gain dalam rentang 10 – 30
Db. Biasanya 2 atau lebih amplifier IF digunakan untuk menghasilkan receiver
gain yang memadai. Kebanyakan dari amplifier IF menggunakan transistor bipolar.
Selektivitas pada amplifier IF diperoleh dari rangkaian tertala sedangkan rangkaian
tertala cascading menyebabkan
keseluruhan bandwidth rangkaian menjadi lebih sempit.
Pada receiver FM, digunakan 1 atau lebih
amplifier IF sebagai limiter. Limiter berfungsi untuk menghilangkan berbagai
variasi amplitude pada sinyal FM sebelum masuk ke demodulator. Namun, semua
amplifier akan bertindak sebagai limiter jika sinyal input cukup tinggi. Dengan
sinyal input yang sangat besar diberikan ke sebuah transistor, transistor akan
didorong antara saturasi dan cutoff. Sebagai contoh, pada amplifier kelas A
bipolar, memberikan sinyal input positif yang sangat besar akan menyebabkan
bias pada basis transistor meningkat, dengan demikian arus kolektor akan
meningkat. Ketika diberikan jumlah tegangan input yang cukup, transistor akan
aktif secara maksimum dimana basis-emitter dan basis-kolektor menjadi forwad
bias. Pada titik ini, transistor akan tersaturasi dan tegangan antara basis dan
kolektor menurun sampai kurang dari 0.1 V. Pada saat tersebut, output amplifier
biasanya sama dengan tegangan jatuh DC sepanjang resistor emitter yang mungkin
digunakan pada rangkaian.
Cara yang lebih efektif untuk sinyal yang
besar adalah dengan menyertakan rangkaian Automatic Gain Control (AGC). AGC
adalah sebuah system umpan balik yang secara otomatis mengatur penguatan pada
receiver berdasarkan amplitude sinyal yang diterima. Level sinyal yang sangat
rendah menyebabkan gain receiver menjadi tinggi. Sinyal input yang tinggi
menyebabkan gain pada receiver berkurang.
Penggunaan AGC menghasilkan receiver mempunyai
jangkauan dinamis yang lebar (dynamic
range). Dynamic range adalah pengukuran kemampuan receiver untuk menerima
sinyal yang sangat kuat dan sangat lemah tanpa menyebabkan distorsi dan
merupakan perbandingan sinyal terbesar yang dapat ditangani antara sinyal
terendah, satuannya adalah decibel. Dynamic range pada receiver dengan AGC
biasanya adalah 60-100 Db.
Rangkaian pengontrol umpan balik lainnya yang
mirip dengan AGC yang digunakan pada receiver frekuensi tinggi adalah Automatic
Frequency Control (AFC). Tujuan dari AFC adalah menjaga LO pada frekuensinya.
Pada receiver yang beroperasi pada frekuensi di atas 100 MHz, timbul masalah
pada kestabilan osilator. Perubahan frekuensi osilator terjadi karena perubahan
suhu. Meskipun osilator dapat diatur pada frekuensi tertentu, tetapi frekuensi
tersebut dapat bergeser karena perubahan suhu atau kondisi lainnya. Jika frekuensi
bergeser terlalu jauh, mixer tidak akan mengkonversi sinyal yang masuk menjadi
nilai IF yang pas. Hasilnya adalah sinyal yang diinginkan tidak akan diambil
atau receiver mengalami mistuned
sehingga hanya sebagian kecil sinyal yang dapat lewat. Hal ini dapat
mengakibatkan distorsi.
Rangkaian lainnya yang sering ditemukan pada
receiver adalah squelch circuit.
Squelch circuit adalah sebuah rangkaian yang membuat amplifier audio dimatikan
sampai sinyal RF muncul pada bagian input receiver. Jika sinyal RF muncul,
amplifier audio akan aktif. Gambar 9. Menujukkan konsep dasar dari squelch
circuit. Kehadiran sinyal pada input dideteksi dengan memantau garis tegangan
AGC. Tegangan AGC dikuatkan oleh sebuah amplifier DC dan diberikan kepada basis
transistor Q1 yang bertindak sebagai switching
inverter.
Amplifier Common-Emitter
Amplifier CE dengan rangkaian output dan input
tertala ditunjukkan dengan gambar dibawah ini :
C3 dan C4
adalah kapasitor pemblokir DC dengan reaktans yang dapat diabaikan pada
frekuensi tinggi. Resistor Pbias memasuk arus bias ke base, dan ini dapat juga
dianggap mempunyai pengaruh yang dapat diabaikan terhadap kinerja pada
frekuensi tinggi. Sumber sinyalnya ditunjukkan sebagai pembangkit arus ekivalen
is dan Rs. Rangkaian ekivalennya, yang menggunakan rangkaian ekivalen hybrid-pi
untuk transistor, ditunjukkan dalam gambar dibawah ini, dimana rb’b telah
dianggap dapat diabaikan.
Kalau inductor output mempunyai
resistans seri r2 dan induktans L2, maka seperti yang ditunjukkan dalam gambar
dibawah. Komponen sisi outputnya dapat dikelompokkan dalam satu bentuk
admittans sebagai :
Admitans Y1 melambangkan
admitans-nya Rs’, rb’e, dan Cb’e yang parallel dengan rangkaian tertala input,
dan Y2 adalah admittans output sebagaimana didefinisikan terdahulu. Umpan balik
admitan-nya adalah Yf = jwCcb’. Persamaan arus untuk simpul outputnya adalah :
Dari ini gain voltage-nya adalah
Karena transistor akan
dioperasikan pada frekuensi w < wt untuk mengurangi pengaruh umpan balik,
dan karena Cb’c > Ccb’, maka gm > |Yf|, dan ekspresi untuk gain menjadi
Dimana Yo = Y2 + Yf. Penguatannya
maksimum ketika Yo beresonan, yang berarti bahwa Ccb’ harus dimasukkan dalam
penalaan output (output tuning). Ada juga pergeseran fasa 180 derajat di dalam
penguat dalam kondisi ini.
Admitans keluarannya dapat
ditulis dalam bentuk persamaan :
dimana
Efek redam resistans output dan
resistans beban transistor diperhitungkan dalam perhitungan resistans dinamis
efektif RD2 eff. Faktor Q efektif rangkaian output adalah
Jadi gain dapat ditulis sebagai
Kembali
ke rangkaian masukan, pada keadaan resonans, resistans dinamiknya diperoleh
dari
dimana
RD1 merupakan resistans dinamik rangkaian masukan yang tertala sendiri. Begitu
juga, dengan anggapan bahwa Miller admittance konstan terhadap jangkauan
frekuensi bandwith -3db nya, maka factor Q rangkaian masukan adalah
Dalam
hubungannya dengan sumber generator arus ekivalen, emf adlah vs = is.Rs, atau is = vs.Gs. Oleh sebab itu, dari persamaan simpul
masukan,
Penguatan
mengacu kepada sumber emf maka :
Amplifier
Common-Base
Efek kapasitor umpan balik Ccb’
dapat dinol-kan sama sekali dengan menghubungkan transistor dalam konfigurasi
common-base, rangkaian ekivalen sinyal kecil ditunjukkan dalam gambar dibawah :
dengan
ragam pengoperasian ini, Ccb’ tampak parallel dengan kapasitans output Cc dan
karena itu tidak menyumbang keapda kapasitans input. Input resistans-nya :
alpha0 = Bo/(Bo+1)=1
Oleh
karena itu maka resistans input untuk rangkaian CB jauh lebih kecil dariapda
yang untuk rangkaian CE yang diberikan oleh Bo/gm. Kapasitans input-nya adalah
Ceb’ = Cb’e. Resistans output untuk rangkaian CE timbul diantara kolektro dan
emitter. Ini lebih tinggi daripada resistans ouput CE dan dapat ditunjukkan
diberikan oleh rcCB = BoRcCE. Karena nilainya yang sangat tinggi, resistans
output dapat diabaikan bagi kebanyakan maksud praktis. Rangkaian ekivalen
disederhanakan itu ditunjukkan dalam gambar dibawah.
Dengan
menerapkan hubungan pendek pada terminal output gambar diatas dan ditentukannya
arus seperti yang ditunjukkan, arus output hubungan pendeknya ic = -gmVeb dan
arus inputnya = (1/reb + jwCeb)Veb. Karena itu gain arus hubung pendek untuk
amplifier CB adalah
dimana
frekuensi -3db untuk gain rangkaian hubung pendek tahap CB adalah Wa =
1/rebCeb. Kini karena Ceb= Cb’e dan Cb’e > Ccb’ dan reb = 1/gm, maka mudah
menunjukkan bahwa
ωa = ωr
Jadi,
frekuensi -3dB itu hampir (sangat mendekati) sama dengan fr, yaitu gain unity
frekuensi transisi. Ini lebih tinggi dari frekuensi -3dB untuk hubungan CB oleh
factor β0.
Penguatan Daya yang Tersedia
Penguatan
daya tinggi tersedia diperlukan untuk mempertahankan factor noise rendah dengan
amplifier cascade. Perkiraan mengenai penguatan daya amplifier CB dan CE
tersedia itu dapat dibuat sbb :
Daya
tersedia dari sumber adalah :
Daya
tersedia pada keluaran :
Penguatan
daya tersedia :
Untuk
kedua rangkaian CB maupun CE, I02=gm2Vin2 dan karenanya :
Karena
resistans output transistornya tinggi dalam kedua kasus itu, maka resistans
output kedua kasus itu akan merupakan yang ada pada rangkaian tertala kolektor
(dengan beban actual diputus hubungannya). Maka ratio dari penguatan daya
tersedia menjadi :
Dan
dapat disederhanakan menjadi :
Ini
menunjukkan bahwa penguatan daya tersedia untuk amplifier CE lebih besar dari
pada amplifier CB. Oleh sebab itu maka amplifier CE lebih disukai untuk tahap
masukan pesawat penerima low-noise.
Amplifier Cascode
Amplifier common-emitter dan
common-base dapat dikombinasikan untuk membentuk sebuah unit amplifier yang
mempunyai penguatan daya tinggi dan stabil. Unit kombinasi inin dikenal sebagai
amplifier cascade. Secara keseluruhan amplifier ini memiliki ciri-ciri kinerja
yang serupa dengan yang dimiliki oleh amplifier CE tetapi memiliki kestabilan
yang lebih tinggi dan tidak ada perubahan fase 180 sehingga penguatan yang
tersedia tinggi.
Rangkaian
Ekivalen Hybrida-π untuk FET
Dalam banyak hal, FET lebih
sederhana daripada bipolar junction transistor karena tingginya impedansi input
yang diberikan oleh gerbang control. Di rangkaian inim eksternal terminal
diberi label G untuk gate, S untuk source, dan D untuk drain. Gambar dibawah
ini menunjukkan bentuk amplifier CS sederhana, dimana komponen bias dibuang
demi kesederhanaan :
Rangkaiannya dapat diubah agar lebih sederhana seperti
gambar dibawah ini :
Sehingga persamaan simpulnya dalam bentuk matriks adalah :
Atau :
Maka tegangannya :
Untuk Self Test dapat diakses pada link berikut
http://gpratomo7.blogspot.co.id/2017/04/selft-test-elektronika-telekomunikasi.html
www.gunadarma.ac.id
http://gpratomo7.blogspot.co.id/2017/04/selft-test-elektronika-telekomunikasi.html
www.gunadarma.ac.id
baak.gunadarma.ac.id
studentsite.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar